Sharing Sukses Wisata Halal Tun Dr.Mahatir Muhammad
*_Sharing Pemikiran Mengenai Pengembangan Pariwisata Halal_*
Talkshow Bisnis & Pariwisata yang diadakan oleh ATHIN -
Halal Travel Konsorsium (HTK) Bersama Ikatan Alumni SMP 5 Doktor Soetomo (ikador5oet) dan di Sofyan Hotel Betawi, Jakarta pada pukul 10.00 hingga pukul 15.00 di hari Rabu, 16 Agustus 2017 ini menghadirkan *Mantan Perdana Menteri Malaysia keempat Tun Dr. Mahathir bin Mohamad dan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Riyanto Sofyan, BSEE. MBA.* sebagai pembicara.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 100 peserta yang terdiri dari:
• Praktisi usaha Pariwisata Halal (Hotel, Restoran, Travel Agent, Villa/Resort, dan Kawasan Wisata)
• Akademisi (STP NHI Bandung, Universitas Nasional, Universitas M.H. Thamrin, Universitas Trisakti, STIAMI, Universitas Indonesia, dan lain – lain)
• Instansi Pemerintah (Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan Nasional)
• Beberapa ORMAS
• Profesional (Hoteliers, Travel Consultant, Pengacara, Dokter, dan lain - lain)
• Komunitas (Iluni UI, Halal Travel Konsorsium – HTK , Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia – PPHI, dan lain - lain)
• Media (Kompas Media, Republika, dan lain-lain)
Dalam diskusi tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam pengembangan Pariwisata di Malaysia, upaya pertama yang mereka lakukan adalah menciptakan produk yang menarik untuk dijual, karena mereka sadar Malaysia tidaklah sekaya Indonesia yang memiliki banyak potensi produk wisata yang menjual seperti Borobudur, Bali, dan lain sebagainya.
Produk yang mereka ciptakan diantaranya:
• Mengkapitalisasi kondisi Malaysia yang terdiri dari multi etnis dengan tiga etnis utama yaitu Melayu, Cina, dan India yang merepresentasikan Asia sehingga mereka menciptakan tagline “Malaysia Truly Asia”.
• Contoh produk wisata lainnya adalah menciptakan ikon wisata “Twin Towers Petronas”.
• Pengembangan potensi wisata yang ada di Pulau Langkawi.
2. Pengembangan connectivity (the ease of travel throughout and to Malaysia) sehingga Malaysia mudah diakses dan destinasi-destinasi bisa berkembang sehingga kesempatan bekerja dan ekonomi dapat berkembang. Salah satu indikatornya adalah pengembangan International Airport di Kuala Lumpur yang dimulai dengan Subang dengan kapasitas 400.000 penumpang per tahun, ternyata mendapatkan 15 juta per tahun, kemudian dipindahkan ke Sepang, sekarang telah terealisasi mencapai 50 juta penumpang per tahun melalui Kuala Lumpur International Airport (KLIA).
3. Pelestarian kearifan lokal yang kental dengan gaya hidup Islami dengan pengembangan Homestay di daerah-daerah destinasi wisata yang dikembangkan sehingga dapat melibatkan semua elemen masyarakat dalam pengembangan ekonomi.
Selanjutnya dalam pengembangan Pariwisata Halal ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Mengedepankan dan menjaga nilai-nilai Islami dan kearifan lokal. Mengedepankan perilaku atau akhlak yang baik, yaitu baik dalam memberikan pelayanan maupun menciptakan produk wisata.
2. Mengadopsi hal-hal yang baik dari sistem dan standard yang didominasi oleh peradaban barat, sebagai contoh pelayanan prima dalam produk pariwisata, dalam mengembangkan program - program capacity building untuk peningkatan pelayanan dan produk wisata.
3. Menjalankan konsep toleransi dan market oriented. Sebagai contoh, wisatawan dari barat kemungkinan menginginkan hal-hal yang tidak selaras dengan produk wisata halal, hal tersebut tidak perlu dilarang / dipaksakan kepada wisatawan yang tidak menginginkan. Dan harus difasilitasi pada produk wisata lainnya yang sesuai dengan wisatawan tersebut. Produk wisata halal harus juga disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi wisatawan Muslim dari berbagai negara yang berbeda.
Dari kesimpulan di diskusi tersebut, dapat disampaikan bahwa arahan Menteri Pariwisata Bapak Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. sudah sesuai dengan konsep pengembangan yang telah terbukti sukses dilaksanakan pada kepemimpinan Tun Dr. Mahathir Mohamad.
Tun Dr Mahathir di Jakarta |
Talkshow Bisnis & Pariwisata yang diadakan oleh ATHIN -
Halal Travel Konsorsium (HTK) Bersama Ikatan Alumni SMP 5 Doktor Soetomo (ikador5oet) dan di Sofyan Hotel Betawi, Jakarta pada pukul 10.00 hingga pukul 15.00 di hari Rabu, 16 Agustus 2017 ini menghadirkan *Mantan Perdana Menteri Malaysia keempat Tun Dr. Mahathir bin Mohamad dan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Riyanto Sofyan, BSEE. MBA.* sebagai pembicara.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 100 peserta yang terdiri dari:
• Praktisi usaha Pariwisata Halal (Hotel, Restoran, Travel Agent, Villa/Resort, dan Kawasan Wisata)
• Akademisi (STP NHI Bandung, Universitas Nasional, Universitas M.H. Thamrin, Universitas Trisakti, STIAMI, Universitas Indonesia, dan lain – lain)
• Instansi Pemerintah (Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan Nasional)
• Beberapa ORMAS
• Profesional (Hoteliers, Travel Consultant, Pengacara, Dokter, dan lain - lain)
• Komunitas (Iluni UI, Halal Travel Konsorsium – HTK , Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia – PPHI, dan lain - lain)
• Media (Kompas Media, Republika, dan lain-lain)
Dalam diskusi tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam pengembangan Pariwisata di Malaysia, upaya pertama yang mereka lakukan adalah menciptakan produk yang menarik untuk dijual, karena mereka sadar Malaysia tidaklah sekaya Indonesia yang memiliki banyak potensi produk wisata yang menjual seperti Borobudur, Bali, dan lain sebagainya.
Produk yang mereka ciptakan diantaranya:
• Mengkapitalisasi kondisi Malaysia yang terdiri dari multi etnis dengan tiga etnis utama yaitu Melayu, Cina, dan India yang merepresentasikan Asia sehingga mereka menciptakan tagline “Malaysia Truly Asia”.
• Contoh produk wisata lainnya adalah menciptakan ikon wisata “Twin Towers Petronas”.
• Pengembangan potensi wisata yang ada di Pulau Langkawi.
2. Pengembangan connectivity (the ease of travel throughout and to Malaysia) sehingga Malaysia mudah diakses dan destinasi-destinasi bisa berkembang sehingga kesempatan bekerja dan ekonomi dapat berkembang. Salah satu indikatornya adalah pengembangan International Airport di Kuala Lumpur yang dimulai dengan Subang dengan kapasitas 400.000 penumpang per tahun, ternyata mendapatkan 15 juta per tahun, kemudian dipindahkan ke Sepang, sekarang telah terealisasi mencapai 50 juta penumpang per tahun melalui Kuala Lumpur International Airport (KLIA).
3. Pelestarian kearifan lokal yang kental dengan gaya hidup Islami dengan pengembangan Homestay di daerah-daerah destinasi wisata yang dikembangkan sehingga dapat melibatkan semua elemen masyarakat dalam pengembangan ekonomi.
Selanjutnya dalam pengembangan Pariwisata Halal ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Mengedepankan dan menjaga nilai-nilai Islami dan kearifan lokal. Mengedepankan perilaku atau akhlak yang baik, yaitu baik dalam memberikan pelayanan maupun menciptakan produk wisata.
2. Mengadopsi hal-hal yang baik dari sistem dan standard yang didominasi oleh peradaban barat, sebagai contoh pelayanan prima dalam produk pariwisata, dalam mengembangkan program - program capacity building untuk peningkatan pelayanan dan produk wisata.
3. Menjalankan konsep toleransi dan market oriented. Sebagai contoh, wisatawan dari barat kemungkinan menginginkan hal-hal yang tidak selaras dengan produk wisata halal, hal tersebut tidak perlu dilarang / dipaksakan kepada wisatawan yang tidak menginginkan. Dan harus difasilitasi pada produk wisata lainnya yang sesuai dengan wisatawan tersebut. Produk wisata halal harus juga disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi wisatawan Muslim dari berbagai negara yang berbeda.
Dari kesimpulan di diskusi tersebut, dapat disampaikan bahwa arahan Menteri Pariwisata Bapak Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. sudah sesuai dengan konsep pengembangan yang telah terbukti sukses dilaksanakan pada kepemimpinan Tun Dr. Mahathir Mohamad.
Comments
Post a Comment